Bismillah.
Allah mencintai umatNya dengan caranya sendiri.
Allah memberikan ujian agar umatNya mendekat kepadaNya.
Permasalahan atau pun persoalan hidup seringkali kita salah dalam menyikapinya. Analoginya begini, ketika ujian nasional dan kita menghadapi sebuah soal. Yang kita pilih apa kah jawaban yang salah atau yang benar. Soal mah hanya itu-itu saja. Tidak jarang pula kita salah dalam memilih jawaban pada persoalan hidup.
Itu pula yang terjadi pada diri saya, ada masa ketika salah dalam memilih jawaban. Dan Alhamdulillah, saya justru di undang oleh Allah untuk mendekat kepadanya, belajar tentang ilmuNya dan bertemu dengan saudara-saudara baru.
Dauroh Qolbiyah angkatan 64 ~ 9 Februari - 11 Maret 2016
Daarut Tarbiyah ~ Daarut Tauhiid Bandung
Ya, disanalah saya diundang oleh Allah untuk mendekat kepadaNya. Tempat saya belajar akan ilmu Allah, dan belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada diri.
Tanggal 9 Februari 2016 sekitar pukul 6 pagi saya berangkat ke Bandung naik bus MGI dengan diantar istri dan anak saya (sampai pinggir jalan aja sih). Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam, karena bus baru lewat pukul 7. Selepas sampai di terminal Leuwi Panjang, langsung beralih ke bus lainnya yaitu Damri dengan rute Leuwi Panjang - Ledeng. Sangat nyaman bus Damri ini dengan tarif hanya 5 ribu. Turun ketika sang kondektur berteriak "dete.. dete.." alias DT alias Daarut Tauhiid. Di depan saya selintas ada beberapa orang yang bertas besar turun juga di DT, saya pikir pasti mereka mau nyantri juga. Tapi saya tidak mau berpikir apa-apa. Karena batas register ulang sudah mepet. Jam setengah 12 saya sampai di sekretariat untuk daftar ulang dan kemudian diantar oleh mudarris (pendamping santri) berjudul Sodiq Permana. Kesan saya pertama kali, kang sodiq ini pendiam pisan. Saya salah kira tentang asrama putra, saya pikir bangunan baru seperti layaknya bangunan DT yang lain. Tetapi ya ternyata bangunan rumah lama, yang belakangan saya ketahui adalah tanah wakaf. Bagi saya ini tidak masalah, toh saya kesini bukan buat numpang menginap, melainkan untuk menuntut ilmu. Taruh barang yang cuman tas ransel sama tas kecil, dan melihat tas teman yang lain berupa koper besar. Wah pada niat ya. Hahaha. Setelah makan siang dan sholat jamaah perdana di masjid DT, saya datang kembali ke sekretariat untuk pengarahan program. Dan orang yang saya kenal pertama adalah Rahmat Ilahi yang sedang jadi pengusaha di kampung halaman saya : Banjarbaru. Kesan pertama yang menarik. Setelah berkumpul semua, pengarahan dilakukan oleh lembaga Daarut Tarbiyah tentang program. Ada hal yang unik disini, ternyata ada satu calon santri yang setelah orang tuanya mengantar, ternyata dia kabur dari asrama dan tidak pulang ke asrama untuk ikut program.
Hari-Hari Orientasi
Tanggal 9 Februari 2016 sekitar pukul 6 pagi saya berangkat ke Bandung naik bus MGI dengan diantar istri dan anak saya (sampai pinggir jalan aja sih). Perjalanan ditempuh kurang lebih 3 jam, karena bus baru lewat pukul 7. Selepas sampai di terminal Leuwi Panjang, langsung beralih ke bus lainnya yaitu Damri dengan rute Leuwi Panjang - Ledeng. Sangat nyaman bus Damri ini dengan tarif hanya 5 ribu. Turun ketika sang kondektur berteriak "dete.. dete.." alias DT alias Daarut Tauhiid. Di depan saya selintas ada beberapa orang yang bertas besar turun juga di DT, saya pikir pasti mereka mau nyantri juga. Tapi saya tidak mau berpikir apa-apa. Karena batas register ulang sudah mepet. Jam setengah 12 saya sampai di sekretariat untuk daftar ulang dan kemudian diantar oleh mudarris (pendamping santri) berjudul Sodiq Permana. Kesan saya pertama kali, kang sodiq ini pendiam pisan. Saya salah kira tentang asrama putra, saya pikir bangunan baru seperti layaknya bangunan DT yang lain. Tetapi ya ternyata bangunan rumah lama, yang belakangan saya ketahui adalah tanah wakaf. Bagi saya ini tidak masalah, toh saya kesini bukan buat numpang menginap, melainkan untuk menuntut ilmu. Taruh barang yang cuman tas ransel sama tas kecil, dan melihat tas teman yang lain berupa koper besar. Wah pada niat ya. Hahaha. Setelah makan siang dan sholat jamaah perdana di masjid DT, saya datang kembali ke sekretariat untuk pengarahan program. Dan orang yang saya kenal pertama adalah Rahmat Ilahi yang sedang jadi pengusaha di kampung halaman saya : Banjarbaru. Kesan pertama yang menarik. Setelah berkumpul semua, pengarahan dilakukan oleh lembaga Daarut Tarbiyah tentang program. Ada hal yang unik disini, ternyata ada satu calon santri yang setelah orang tuanya mengantar, ternyata dia kabur dari asrama dan tidak pulang ke asrama untuk ikut program.
Hari-Hari Orientasi
Tanggal 10 Februari acaranya adalah
sesi wawancara, test penempatan kelas Tahsin
dan persiapan orientasi. Sesi wawancara digunakan untuk curhat,
menyampaikan maksud dan tujuan ikut program ini. Sedangkan test tahsin
digunakan untuk membagi 3 kelompok : ihsan (iqra’), pra tahsin, dan tahsin.
Setelah dzuhur dan makan siang, waktunya bebas dan persiapan untuk orientasi.
Bagi saya yang belum siap adalah sepatu cadangan, karena NB merah saya terasa
sayang kalau dipakai untuk nyebur sungai apalagi lumpur. Yang akhirnya saya memutuskan
beli converse-converse-an seharga 100 ribu. Serta satu syarat orientasi lagi
adalah cukur rambut sependek 0.5 cm. Teman saya ada yang sangat berat hati
untuk memangkas rambutnya, yang ujung-ujungnya juga dipangkas lagi oleh
mudarris kami. Malamnya kami ternyata belum boleh tidur di kamar dan belum
mendapatkan kasur, bantal, guling dan selimut. Kami semua ber-15 orang tidur di
aula asrama Darussalam. Malam yang cukup bising, karena pada malam pertama pun
suara tenggorokan bersahutan, dan ada yang disebelah saya mengigau
memukul-mukul lantai. Oh iya, kami disini harus bangun pukul 03:30 maksimalnya.
Karena saya sudah terbiasa sebelumnya, yang ada saya sudah bangun jam 3 selain
juga karena lantai (berkarpet) yang terasa keras.
Rutinitas pagi disini adalah bangun
jam 3 pagi, kemudian shalat Tahajud yang bisa dilakukan sendiri atau berjamaah.
Setelah itu, wajib beranjak ke masjid DT untuk sholat subuh berjamaah dan
mengikuti kajian MQ pagi sampai pukul 6 pagi. Kompensasi untuk yang tidak
shalat subuh di masjid DT adalah di kunci di asrama, dan jika beruntung bisa
bertemu dengan pengasuh asrama Darussalam. Oh iya, bangun tidur disini bagi
yang sudah dapat jatah kamar, kasur dan peralatannya, wajib untuk merapikan
kamar. Kompensasinya adalah kasur dan peralatannya disita selama 3 hari.
Berbicara tentang sita, disini HP, laptop dan pakaian yang berbahan
denim/jeans/levi’s ditahan selama program.
Kembali ke topik orientasi, materi di
kelas masih berupa pengantar seperti adab-adab menuntut ilmu. Orientasi calon
santri ini dilaksanakan oleh SSG alias Santri Siap Guna. Mereka memimpin pra
materi dan paska materi, serta saat makan pagi, siang dan malam. Materi standar
seperti baris-berbaris adalah hal yang wajib dilakukan. Namun di DT ini ada 2
tambahan yaitu posisi duduk dan duduk siap.
Prosesi makan adalah salah satu yang
paling diingat dalam masa orientasi ini. Semua santri sudah harus berkumpul
sebelum makan, makanan harus habis sama sekali tanpa menyisakan satu butir nasi
pun. Seringkali kami dipaksa melakukan yang pada kondisi normal tidak akan
terjadi pada saat makan. Suap menyuap nasi antar teman yang berhadapan, kertas
nasi yang diputar ke teman di sebelah kanan saat diperintahkan, waktu makan
yang dibatasi, membantu teman yang belum habis nasinya. Menarik sebenarnya,
karena itu lah kebersamaan yang dibangun. Emosi pun turut dimainkan oleh SSG,
saat lapar adalah saat paling emosional bagi manusia. Laporan pada saat makan
pun sering disalahkan sehingga banyak hukuman push up bagi calon santri.
Masa orientasi ini banyak sekali
teman-teman santri yang tertawa saja, tapi tidak sedikit pula yang terbawa
emosi. Termasuk saya sendiri. Hanya saja ada teman yang mengingatkan, ingat lah
kamu kesini mau ngapain. Kalau seperti ini saja terbawa emosi, berarti kalah di
awal dong saya. Di malam hari kedua, ada 2 rekan saya yang sangat bawa perasaan
terhadap SSG. Mau boikot saja katanya, saya menanggapi dengan nasihat teman
saya diawal tadi. Rugi, jauh-jauh kesini cuman buat emosi. Efektif jawabannya :
Rugi.
Hari ke 3 merupakan puncak acara
orientasi, pagi hari setelah makan kami disuruh tutup mata oleh SSG.
Surprisenya adalah adanya bintang tamu berjudul alif yang berukuran 2 meter dan
berupa ular. Santri akhwat jejeritan ketika alif melintas di pangkuan.
Sementara ikhwan sudah bisa menebak, dan tidak ada yang terkejut. Malah senang
ada ular yang bisa dipegang dan diajak foto-foto. Setelah acara ini, kami
berjalan-jalan disekitaran DT kemudian menceburkan diri ke sungai kecil yang
isinya adalah buangan rumah tangga. Kami diminta berjalan menuju curug sigay,
tetapi ditengah perjalanan kami beberapa kali dihukum push up di sungai yang
mana pasti harus menenggelamkan diri ke air. Jijik? Kalau saya sih menganggap
itu biasa saja. Setelah sampai ke curug sigay, kami diminta menyeberang ke
balik air terjun dengan cara berenang, setelah sampai di balik air terjun kami
disuruh lompat dan berenang ke tempat semula. Tidak mudah, air terjun cukup
deras menonjok kepala dan memaksa menahan nafas panjang. Tidak semua kelompok
kami berhasil, ada satu orang yang gagal dan seluruh anggota wajib menolong
sampai berhasil.
Setelahnya perjuangan belum selesai,
kami diminta berjalan melintasi beberapa area tanah kosong dalam kondisi
berbaris, sembari sekali diminta untuk roll di tanah yang cukup empuk. Dan
klimaksnya adalah ketika seluruh anggota diminta tutup mata dan berpegangan.
Kebetulan saya adalah yang paling depan, jadi saya harus membimbing serta jadi
korban pertama pada rintangan. Ketika pegangan sudah boleh dilepas, ternyata
disuruh untuk merayap di got penuh lumpur. Tidak cukup merayap, push up dan
berguling dilumpur jadi lahapan kami. Diakhiri dengan muhajadah alias
perenungan serta tangis-tangisan plus panjang-panjangan umber. Kami semua
berpelukan merayakan keberhasilan melewati masa orientasi. Dan officially kami
mengakhiri masa orientasi dengan mencuci massal pakaian berlumpur kami, dan
mandi di kran tempat cuci baju di asrama Darussalam. :D
Bersambung ke part 2
Comments
Post a Comment