Skip to main content

Pertamax yang tidak Premium

Sudah banyak keluhan mengenai pelayanan SPBU Pertamina. Padahal sudah cukup jelas, SPBU asing telah mendapat izin untuk bermain di sektor hilir, eceran alias buka SPBU.

Padahal Pertamina (katanya) sudah berusaha menaikkan pelayanan dengan membuat standardisasi PASTI PAS yang lebih baik dalam hal takaran bahan bakar. Ah, untuk yang satu itu cuman urusan orang yang menggunakan kendaraan roda empat atau lebih. Lha kalau cuman motor seperti saya, yang mentok paling cuman 3 liter.

Tidak semua SPBU Pertamina memisahkan pompa pertamax dan premium khusus sepeda motor. Bayangkan saja, untuk membayar lebih pertamax harus ikut antri di barisan pengguna subsidi. Saya sendiri pengguna bahan bakar oktan 92, walau motor saya cuman supra fit new. Tidak selalu pertamax, kadang Shell super atau Total 92. Sehubungan tingkat pendapatan yang sudah lebih dari cukup, saya berpendapat mungkin sudah saatnya mencoba mengurangi penggunaan subsidi dari negara. Entah besok ketika saya punya mobil, akan menggunakan premium atau pertamax. Semoga saja bisa tetap menggunakan pertamax.

Di Bogor sendiri sudah ada 2 SPBU asing, Total di Air Mancur dan Shell di Pajajaran. Saya sendiri sering membeli BBM di Total karena lebih sering lewat dari pada Shell. Pelayanan yang lebih baik, (nyaris) bebas antri, pompa angin yang masih berfungsi sangat baik, kebersihan yang luar biasa serta SOP pelayanan yang terbaik adalah banyak alasan untuk membeli BBM di SPBU asing.

Tadi saya "terpaksa" beli BBM di SPBU Pertamina, dan bertemu dengan petugas bermuka asem, menumpahkan pertamax di motor saya serta tanpa ucapan apa-apa setelah pelayanan. Ah, mungkin lagi apes saja saya. Tidak semua SPBU Pertamina seperti itu. Tapi saya pribadi sudah kadung menganggap, kepepet beli pertamax di SPBU Pertamina adalah sebuah perselingkuhan.

*Pertamax = BBM Oktan 92*

Comments

Popular posts from this blog

Jadwal Dokter Poliklinik Afiat RS PMI Bogor

Share informasi jadwal dokter di poli afiat RS PMI Bogor aja :)

Diary HEG #1

Dari berbagai sumber yang ku baca tentang HEG alias Hyper Emesis Gravidarum, kebanyakan yang menuliskan adalah ibu-ibu yang mengalami sendiri. Belom menemukan tulisan dari sisi suami atau keluarga terdekat. Aku pengen mencoba berbagi pengalaman HEG dari sudut pandang suami. Ketika postingan ini saya tuliskan, kondisi istri saya sedang hamil kira-kira 4 minggu. Karena belum ada niatan untuk datang ke dokter, maklum ini bukan anak pertama. Biasanya yang paling rajin kontrol adalah ketika anak pertama saja. Hahaha Sekarang adalah kehamilan ketiga sejak kami menikah 6 tahun lalu. Kehamilan pertama juga pada bulan-bulan ini, juli-agustus 2013. Karena belum ada pengalaman sama sekali, kami sangat rutin untuk kontrol ke obgyn setiap bulan, USG dan multivitamin. Dulu pengalamannya dengan dr. Gharini Paramitha di salah satu klinik yang saat ini sudah tutup. Ditambah dengan second opinion dokter lain di RS PMI, dr. Vivi Sylvia. Terus terang aku dan istri lebih cocok dengan dr. Vivi, tapi y...

Penutupan Kartu Kredit BNI

Berhubung dengan banyaknya kebutuhan dan sudah ada satu kartu kredit lagi, akhirnya memutuskan untuk menutup salah satu CC saya di BNI.  Wah, bagaimana caranya ya? Pasti repot ih, tutup CC. Karena sales aja banyak banget *gambar nyomot dari sini Langkah pertama yang rutin saya kerjakan adalah googling. Kemudian yang saya temukan adalah : Jangan Pakai atau Segera Tutup Kartu Kredit BNI Ternyata yang terjadi (dan seringkali terjadi) adalah : 1. Customer tidak mampu bayar, belanja diluar kemampuan 2. Customer malas membaca tagihan/statement, sehingga tidak mengetahui denda/bunga 3. Customer tidak terbiasa membayar longgar atau jauh sebelum jatuh tempo 4. Customer tidak mengetahui prosedur pembayaran dari bank lain Sedangkan yang terjadi pada saya (Alhamdulillah) 1. Telp call center BNI 1500046 2. Masukkan data plus verifikasi data 3. Jelaskan maksud dan tujuan 4. Disambungkan ke bagian penutupan kartu 5. Akan dikirimkan surat penutupan d...