Skip to main content

Hidup Sehat



Pada suatu ketika, diskusi anak kantor di salah satu kantin. Berkata lah dia mengenai pola makan saya yang "sedang berusaha sehat" seperti minum jus atau yoghurt, "ngapain lu makan kayak gitu, mumpung masih muda. Makan aja yang enak-enak, bebas aja". Hehehe. Saya tidak menanggapi dengan serius obrolan ringan itu. Sepertinya juga tidak terlalu berpengaruh pada kedua belah pihak, dia yang akan terus makan "enak-enak" dan saya yang sedang berusaha membatasi makanan. Menurut saya, cukuplah pengalaman orang yang jadi pelajaran kita. Tidak perlu sampai kita yang mengalaminya.

Diabetes? Saya kira cukup mertua, ayah dan om saya saja yang memberikan pelajaran penting mengenai pola makan. Mereka sangat suka makan, apapun itu. Sering makan diluar pula. Sebuah kenikmatan bagi mereka. Tapi buat saya kadang makan itu hanya untuk memenuhi kebutuhan perut semata, mungkin bagi sebagian orang makan adalah sebuah hiburan.

Kolesterol? Ada juga om saya yang mengalami over kolesterol, yang cukup disesali juga olehnya. Karena dia dapet "kolesterol" di usia sebelum 40 tahun, dimana dia akan cukup sulit untuk makan "enak" lagi.

Sakit Jantung? Kalau untuk yang ini cukup menarik, karena pernah ada statemen dari salah seorang saudara bahwa mayoritas penghuni RS Jantung Harapan Kita adalah suku Minang. Siapa yang bisa meragukan itu, apalagi jika dengan pola "makan enak" ala padang. Dimana santan, daging bertebaran dimana-mana. Plus jarang sekali ditemukan sayuran yang "polos" tanpa santan.

Saya menarik kesimpulan sendiri, sehat itu adalah pilihan kita sendiri. Terutama mengenai pola makna kita, apakah dari muda kita terlalu "bersenang-senang" dengan makanan. Atau memang dari kecil, kita sudah terbiasa dengan pola makan sehat versi sendiri. Jujur saja, saya sendiri dari kecil telah terbiasa makan harus diusahakan dengan sayur dan buah. karena itulah makanan yang berguna untuk menetralkan makanan berat.

Tetapi juga ada rekan saya yang sangat mengagung-agungkan pola makan "sehat" versi dia sendiri. Mereka makan makanan hijau dengan pola makan apalah-namanya-itu. Minum jus lemon dipagi hari, sarapan roti plus selai kacang, ataupun jus sayur. Bahkan harus impor superfood hanya untuk biji-bijian semacam flaxseed. Saya tidak menyalahkan pola makan seperti itu, lagi-lagi itu pilihan kita sendiri untuk hidup sehat versi sendiri.

Yang perlu dipertanyakan adalah, apakah tidak ada versi hidup sehat ala Indonesia. Hehehe

Tentu ada, di desa yang pola makanannya belum aneh-aneh biasanya cenderung lebih sehat. Ada pula kakek saya yang (Alhamdulillah) masih panjang umur. Beberapa kebiasaannya yang sehat adalah berjalan kaki ke mesjid, masih mengurus sapi dan kambing, dan yang paling utama adalah pola makannya yang sehat versi kakek. Kakek saya makan tidak pernah aneh-aneh. Mungkin malah itu-itu saja, karena harus dari dapur sendiri dan harus anaknya yang memasak. Kadang merepotkan ketika harus keluar kota dan harus membawa anaknya tersebut. Tapi sekali lagi ini pilihan.

Bagaimana versi pola makan sehat ala anda?

Comments

Popular posts from this blog

Jadwal Dokter Poliklinik Afiat RS PMI Bogor

Share informasi jadwal dokter di poli afiat RS PMI Bogor aja :)

Jadwal Dokter Kandungan Obgyn Bogor

RSIA Hermina Bogor RS PMI Bogor Poliklinik Afiat Poliklinik Reguler RS Bogor Medical Center

Jacatra

Jacatra.. Dutchman call it Batavia.. Betawi people call it Jakarte.. source image What do you think at first about Jakarta? I will said it all about money. In this city, the money flow so quickly. Money easy come and easy go. Few years ago, I afraid of being Money Hunter. I will just live for money. No time for family, no time for hobbies. Just grab bunch of money, and spend it fast. Buy something expensive, travel to another country or destination in Indonesia. I live in Bogor for last 4 years, and work at Jakarta at the same time. I commute everyday for 2-4 hours. It's almost 4/24 = 1/6 of my day spent at railway and road. Get bored? Sometimes. But for now, I just enjoyed it. Because the office near from my home. Less than 2 hours a day. My wife always ask me, when we will move to another country, or just move to Jogja. Honestly, I miss Jogja. There is so calm city, no need to rush. But, I read from media that Jogja become metropolitan city where malls and hote...