Skip to main content

Investasi bentuk baru

Kata para penasihat keuangan, persentase pembagian pendapatan itu harus jelas, antara investasi atau tabungan, kebutuhan pokok, hutang serta lain halnya. Jujur saja untuk bagian investasi atau tabungan, dari awal ini cukup saya titik beratkan. Karena pertama saya bekerja (kantoran) adalah tahun 2011, dan saya niatkan langsung untuk menabung menikah. Oke, saya bukan lah tipe orang yang bisa menyimpan dana dalam bentuk tunai atau pun tabungan. Oleh karena itu saya memilih tabungan jenis lain yang tidak terlalu liquid namun masih mudah untuk di cairkan. 

Pada awalnya saya memilih untuk membeli emas saja, dan dalam hal ini atas rekomendasi dari calon istri pada saat itu adalah membeli dinar. Dengan gaji pada saat itu adalah 3 juta, saya memaksakan menabung 500 ribu sampai 1 juta, demi mewujudkan pembelian dinar yang harganya berkisar 1,5 juta dan terus naik ketika saya menabung. Jadi kurang lebih saya mendapat 6 dinar setahun pertama. Oh iya, 1 dinar adalah 4.25 gram emas.

Bagi yang kantornya dekat rumah, gaji segitu adalah cukup besar. Tapi dengan saya yang commuting Bogor - Jakarta, cukup berat pada awalnya. Bayangkan saja, sehari perjalanan membutuhkan 30 ribu, dikalikan dengan 22 hari kerja. Yaitu sekitar 600 ribuan. Yang saya akali adalah biaya makan yang masak sendiri di pagi hari dan siang hari dengan masak sendiri. Jadi, duit saya tiap bulan habis buat ongkos sebulan + investasi. Ga bisa foya-foya selama satu setengah tahun. Ga ada lagi jatah buat beli jersey ori seperti pada saat kerja freelance. Menabung adalah prioritas.

Tabungan akhir saya sampai menikah, adalah kurang lebih 24 juta. Hebat juga ternyata kalau sudah panen. Dan semua habis untuk biaya pernikahan serta mahar. Hahaha. Dari nol yaaaaa abis nikah. Rezeki emang tidak kemana, kami tidak perlu mengontrak rumah atau kos. Karena dititipi untuk menjaga rumah kakak ipar, sampai sekarang. Sudah 3 tahun saya tinggal disana, insyaallah kami akan segera angkat kaki dari sana dan memiliki rumah sendiri.

Ketika menikah, ternyata saya sudah dibekali dengan asuransi plus investasi dari prudential. Hal ini membuat tabungan emas jadi berhenti total. Jadi setelah menikah, saya harus membayar premi sendiri. Kurang lebih 1.2 juta per bulan. Dengan situasi, istri tidak bekerja dan gaji pada saat itu (alhamdulillah) 4 juta. Cukup berat sebenarnya. Tapi karena niatnya adalah berkeluarga. Pasti ada rezeki, dan benar saja. Setengah tahun kemudian, saya ditawari pekerjaan oleh rekan saya sesama alumni. Dengan gaji dobel, tentu saja saya tidak menolak. Dan sampai sekarang saya masih bekerja dengan rekan saya itu.

Kondisi yang agak longgar, membuat kami bisa berinvestasi 2 jenis, yaitu asuransi + investasi, dan emas Logam Mulia. Oh iya, saya agak trauma dengan Dinar, karena pernah suatu kali kami sedang membutuhkan uang segar karena suatu keperluan. Dan agen penjual tersebut menolak membeli dinar. Cukup sekali dan tidak mengenakkan, oleh karena itu kami memutuskan membeli emas dalam bentuk yang lebih universal lagi : Logam Mulia. Sekali beli minimal adalah 5 gram. Pada saat ini harga 2.8 juta, setelah biasanya berkisar di harga 2.5 juta.

Ketika anak saya lahir, banyak saudara yang kebetulan agen menawarkan asuransi plus investasi itu lagi kepada anak saya. Namun belum sempat kami terima dan terlupakan selama 1.5 tahun. Kemudian istri saya ingin menyekolahkan pre school ke anak saya pada umur 2 tahun. Saya teringat kembali bahwa belum ada tabungan pendidikan kelak kepada anak saya. Pernah sekali ada tawaran tabungan dari tele-marketing, bahwa saya hanya perlu menabung 30 juta, dan akan menerima hasilnya 40 juta. Namun saya pikir, terlalu naif mengingat nilai uang 40 juta pada saat itu bisa jadi lebih rendah daripada 30 juta sekarang.

Akhirnya setelah saya bertanya-tanya kepada rekan saya, saya membuka Reksa Dana yang paling praktis, hanya dengan pembukaan 200 ribu dan auto debet 100 ribu serta bisa di top up. Rekening reksa dana ini memang di niat kan untuk tabungan pendidikan anak saya di masa depan. Saya ingin anak bisa sekolah dimana pun dia mau, tanpa harus memikirkan biayanya.


Saya buka reksa dana dengan manajer investasi di atas

Dan dengan agen 



Comments

Popular posts from this blog

Jadwal Dokter Poliklinik Afiat RS PMI Bogor

Share informasi jadwal dokter di poli afiat RS PMI Bogor aja :)

Jadwal Dokter Kandungan Obgyn Bogor

RSIA Hermina Bogor RS PMI Bogor Poliklinik Afiat Poliklinik Reguler RS Bogor Medical Center

Jacatra

Jacatra.. Dutchman call it Batavia.. Betawi people call it Jakarte.. source image What do you think at first about Jakarta? I will said it all about money. In this city, the money flow so quickly. Money easy come and easy go. Few years ago, I afraid of being Money Hunter. I will just live for money. No time for family, no time for hobbies. Just grab bunch of money, and spend it fast. Buy something expensive, travel to another country or destination in Indonesia. I live in Bogor for last 4 years, and work at Jakarta at the same time. I commute everyday for 2-4 hours. It's almost 4/24 = 1/6 of my day spent at railway and road. Get bored? Sometimes. But for now, I just enjoyed it. Because the office near from my home. Less than 2 hours a day. My wife always ask me, when we will move to another country, or just move to Jogja. Honestly, I miss Jogja. There is so calm city, no need to rush. But, I read from media that Jogja become metropolitan city where malls and hote...